Aku terus saja memikirkan kalimatnya. Iri? Aku memang iri, tidak kupungkiri itu. Tapi dia iri padaku? Aku masih saja diam. Kemudian, aku mencoba mencari celah, mengubah sudut pandangku pada diriku sendiri. Dari yang biasanya melihat kekurangan dan kekurangan, untuk kemudian melihat sedikit kelebihanku. Hei, dia benar! Kau tahu apa yang kudapatkan dari kejadian iri itu, Kawan? Yaa, aku menjadi lebih bersyukur.
Ah, bukankah manusia itu begitu? Melihat dirinya kurang dan melihat orang lain lebih, lalu muncullah penyakit hati bernama iri itu? Yaaa, tidak perlulah rasa iri itu diteruskan. Karena saat kita iri atas sesuatu pada diri seseorang, tanpa kita sadari, orang itu juga sedang iri pada diri kita. Mengapa? Karena setiap manusia memandang orang lain dengan sudut pandang yang berbeda. Maka, yang perlu kita lakukan adalah: melihat diri kita sendiri dengan sudut pandang yang berbeda. Dalam mengevaluasi diri, tidak selamanya kita melihat kekurangan dan memperbaikinya, tapi kita juga perlu melihat kelebihan kita untuk bersyukur, dan tentu saja, untuk meningkatkan potensi yang lebih tersebut.
Dan di tengah-tengah perenunganku tentang tiga huruf ini, kemarin saya membaca twit salah satu sahabat saya, begini " lo itu gilak! lo iri sama gua! kalo brani jangan didunia maya" yaa begitulah kurang lebih.
Jujur, saya tertawa membaca twitnya. Sebagai salah satu teman, saya termasuk objek iri dia dong? Tanpa dia tahu, sebelum itu, saya juga sering iri dengan aktivitas-aktivitasnya.
Jadi? Hahaha, begitulah manusia, sering saling iri. Yaa, karena manusia itu memang tempatnya khilaf, penyakit hati seperti iri itu pasti akan ada. Yang perlu kita lakukan adalah, tampar rasa iri itu, jangan biarkan berlarut. Ingat, bahwa saat kita kita iri pada orang lain, tanpa kita sadar, orang lain juga sedang iri pada kita.
Jangan iri lagi ya sari cantik :D HAHAHA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar