Kalimat yang baru saja ku dengar dari sahabat. Jlebb. Ya. Aku merasakannya.
Aku mengangguk setuju dengan kalimat tersebut.
Untuk mengikhlaskan sesuatu terutama hal yang sangat kita inginkan dan tidak kita dapatkan itu sangat sulit sekali.
Mungkin kesalahanku adalah menaruh harapan ataupun keyakinan yang berlebih bahwa hal teresebut akan dan pasti kita dapatkan. Tapi bukankah aku sudah berjuang untuk mendapatkannya?? Apakah dia dan orang lain berjuang sepertiku untuk mendapatkannya??
Percuma.
Bisa marah pada siapa aku? Siapa yang siap mendengarku? Bodoh.
Seharusnya dari awal aku menyadari. Bahwa sebaik dan sekeras apapun kita berusaha, penentu hasil akhir adalah Tuhan.
Bahkan hal yang sudah 99% akan kita dapatkan pun, jika Tuhan berkehendak tidak kita dapatkan, maka dalam 1% hal tersebut berubah menjadi hal yang tidak bisa kita raih.
Aku masih harus belajar ikhlas dan mengikhlaskan sesuatu. Ya. Aku ingin. Percayalah.
Saat kita terlalu berharap terhadap sesuatu, maka semakin besar kekecewaan yang kita dapatkan saat tidak bisa meraihnya. Begitu pula saat kita menaruh keyakinan yang berlebih dalam usaha kita untuk mendapatkan sesuatu, jika hasilnya jauh dari yang kita perkirakan, maka semakin besar kekecewaan kita.
Deja Vu.
Lagi-lagi aku katakan aku bodoh.
Kalimat yang tidak asing "Ketika kamu terlalu menginginkan sesuatu, justru akan gagal" aku yang merangkai kata indah itu di diary ku, aku sendiri yang mengabaikannya.
Namun, bukankah hal yang manusiawi bahwa mengatasi kekecewaan itu sendiri membutuhkan waktu, sebanyak apa waktu yang dibutuhkan itu bergantung pada masing-masing pribadi. Ada yang membutuhkan banyak waktu ataupun sedikit waktu untuk bisa mengatasi kekecewaan tersebut.
Dari ini aku aku belajar bahwa untuk memperkecil tingkat kekecewaan yang nantinya akan membuat diri kita sulit menerima adalah dengan membatasi tingkat harapan dan keyakinan kita pada sesuatu. Dengan menetapkan suatu standar yang tidak berlebih secara tidak sadar kita menyiapkan diri kita untuk menghadapi sebuah kegagalan.
Benar. Lebih baik membatasi harapan daripada kecewa berlebihan.
Kembali lagi pada ikhlas, belajar ikhlas itu sulit, tapi bukan berarti tidak mungkin.
Aku mengalami suatu kekecewaan atau kegagalan. adalah hal yang wajar jika aku merasa tidak ikhlas dan mengeluh.
Tapi selalu ada maksud dan tujuan tertentu untuk aku dimasa mendatang.
Bukan saat ini aku merasakannya, namun suatu saat, akan ada masanya dimana aku akan berkata “ahaa..jadi ini..” saat aku sudah bisa mendapatkan sesuatu lain untuk menggantikan kekecewaan ku saat ini.
Tuhan selalu punya skenario indah dibalik tindakannya untuk kita, selalu ada hal yang patut kita syukuri termasuk suatu kegagalan. Oleh karena itu dengan berusaha berpikir lebih positif maka akan membantu kita untuk belajar lebih ikhlas dan mengikhlaskan sesuatu…termasuk kehilangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar